Masih dengan kejadian Gempa Padang, Sumatera Barat 2009.
Suatu malam seorang teman Bang Gimbal mengigau saat tertidur di
tenda Tim SAR, gantian untuk beristirahat. “Aku mau renang” katanya tiba -
tiba.
Teman yang lain heran ketika dia mengucapkan
seperti itu. Pikirnya, mau renang dimana? Kondisinya juga habis gempa. Tidak
mungkin. Kemudian teman yang mengigau tersebut keluar tenda, dalam keadaan mata
masih terpejam. Lari – lari memutari lapangan yang tak jauh dari tenda. Baru
mau disusul ternyata dia sudah kembali dan tertidur lagi. Yang lain pun ikut
tidur lagi.
Tak lama berselang, mungkin sekitar setengah
jam dari ngigau itu – ada panggilan masuk. Lupa tepatnya bagaimana percakapan
dari panggilan itu, intinya diminta untuk
mencari korban di sekitar kolam renang. Setelah dapat panggilan itu baru
ngeh kalau ngigaunya dia tuh semacam
tanda.
Kemudian Bang Gimba dan teman – temannya
melakukan pencarian di sebuah kolam renang – tidak disebutkan pastinya di mana
kolam renang tersebut. mereka menyingkirkan puing – puing yang masuk ke kolam
renang. disana ditemukan satu jenazah perempuan, masih menggunakan baju renang.
Cantik katanya. Wkwk Diangkatlah
jenazah tersebut dan dilakukan evakuasi.
Tak jauh dari ditemukannya jenazah tersebut,
tepatnya di tepian kolam renang ada sebuh kursi panjang. Kursi yang seringkali
dipakai untuk berjamur sebelum atau sesudah berenang. Terlihat sebuah Hp, merek
Siemens – dulu masih tergolong bagus. Hp tersebut sudah retak di bagian
layarnya. Diambilah Hp tersebut dan tiba – tiba ada panggilan masuk. Padahal
seharusnya dengan kondisi Hp yang sudah retak parah tersebut tidak bisa
digunakan lagi.
Panggilan masuk tersbut diangkat. Bukan Bang
Gimbal yang angkat, tapi ‘junior’nya. Dilemparlah Hp tersebut oleh dia setelah
menerima panggilan masuk itu.
Esok harinya Bang Gimbal menanyakan terkait
telfon itu.
“Semalam siapa yang telfon?”
“Udah lah bang, ga usah nanya – nanya itu”
jawab junior. Juniornya masih takut.
“Eh Siapa ? Bilang apa?” tanyanya lagi
“Udah lah Bang…” dia masih ga mau cerita.
Sampai akhirnya dengan nada sedikit bentakan, tapi bukan marah, memaksa si
junior untuk cerita. Kemudian dia mau cerita.
Apa kata penelfon ?
“Terimakasih sudah menemukan saya” begitu. Ehmm….
Kejadian
itu ga hanya satu kali, sudah beberapa kali dan sudah seperti biasa saja. Tapi
kali ini yang nerima telfon masih junior yg masih tergolong baru, jadi kaget
dan masih takut. Pantas saja langsung
dilempar tu Hp.
Aku klo
nerima telfon gitu ya bisa merinding
Tidak ada komentar:
Posting Komentar