Cerita Bang Gimbal (2) : “Terimakasih”


Masih dengan kejadian Gempa Padang, Sumatera Barat 2009.
Suatu malam seorang teman Bang Gimbal mengigau saat tertidur di tenda Tim SAR, gantian untuk beristirahat. “Aku mau renang” katanya tiba - tiba.
Teman yang lain heran ketika dia mengucapkan seperti itu. Pikirnya, mau renang dimana? Kondisinya juga habis gempa. Tidak mungkin. Kemudian teman yang mengigau tersebut keluar tenda, dalam keadaan mata masih terpejam. Lari – lari memutari lapangan yang tak jauh dari tenda. Baru mau disusul ternyata dia sudah kembali dan tertidur lagi. Yang lain pun ikut tidur lagi.
Tak lama berselang, mungkin sekitar setengah jam dari ngigau itu – ada panggilan masuk. Lupa tepatnya bagaimana percakapan dari panggilan itu, intinya diminta untuk  mencari korban di sekitar kolam renang. Setelah dapat panggilan itu baru ngeh kalau ngigaunya dia tuh semacam tanda.
Kemudian Bang Gimba dan teman – temannya melakukan pencarian di sebuah kolam renang – tidak disebutkan pastinya di mana kolam renang tersebut. mereka menyingkirkan puing – puing yang masuk ke kolam renang. disana ditemukan satu jenazah perempuan, masih menggunakan baju renang. Cantik katanya. Wkwk Diangkatlah jenazah tersebut dan dilakukan evakuasi.
Tak jauh dari ditemukannya jenazah tersebut, tepatnya di tepian kolam renang ada sebuh kursi panjang. Kursi yang seringkali dipakai untuk berjamur sebelum atau sesudah berenang. Terlihat sebuah Hp, merek Siemens – dulu masih tergolong bagus. Hp tersebut sudah retak di bagian layarnya. Diambilah Hp tersebut dan tiba – tiba ada panggilan masuk. Padahal seharusnya dengan kondisi Hp yang sudah retak parah tersebut tidak bisa digunakan lagi.
Panggilan masuk tersbut diangkat. Bukan Bang Gimbal yang angkat, tapi ‘junior’nya. Dilemparlah Hp tersebut oleh dia setelah menerima panggilan masuk itu.
Esok harinya Bang Gimbal menanyakan terkait telfon itu.
“Semalam siapa yang telfon?”
“Udah lah bang, ga usah nanya – nanya itu” jawab junior. Juniornya masih takut.
“Eh Siapa ? Bilang apa?” tanyanya lagi
“Udah lah Bang…” dia masih ga mau cerita. Sampai akhirnya dengan nada sedikit bentakan, tapi bukan marah, memaksa si junior untuk cerita. Kemudian dia mau cerita.
Apa kata penelfon ?
“Terimakasih sudah menemukan saya” begitu. Ehmm….
 Kejadian itu ga hanya satu kali, sudah beberapa kali dan sudah seperti biasa saja. Tapi kali ini yang nerima telfon masih junior yg masih tergolong baru, jadi kaget dan masih takut.  Pantas saja langsung dilempar tu Hp.
Aku klo nerima telfon gitu ya bisa merinding

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbaru

(Mendefinisikan) MAPAN

Mapan, menjadi salah satu kata yang sering dimasukkan sebagai ’syarat’ sebelum menikah. Tak jarang perempuan mensyaratkan atau mencar...

Postingan Populer