Gempa
Bantul, D.I. Yogyakarta 2005
Malam hari, Bang Gimbal dan temannya akan
mengambil bantuan di daerah Alun – alun Selatan Yogyakarta. Jalanan sepi sekali
– mungkin karena habis gempa. Dia
menggunakan mobil yang bagian belakangnya terbuka – mungkin mobil Tim SAR. Sepulang dari ambil bantuan, Bang Gimbal dan
temannya melewati jalan yang sama, ke arah malioboro. Di tengah perjalanan
bertemu dengan sepasang kakek nenek yang melambaikan tangan meminta tumpangan.
Saat itu sudah tak ada angkutan umum lewat, sehingga mobil yang ditumpangi Bang
Gimbal tersebut berhenti dan menawarkan tumpangan ke kakek nenek tersebut.
“Nenek malam – malam gini mau ngapain ?”
“saya mau kesana… ke Bantul” jawab sang
nenek.
“Nek, disana kan habis gempa?”
“Iyaa saya mau kesana, mau ke tempat yang ada
gempanya”
“Kakek kenapa Nek ? kog diam saja…” tanyanya
lagi karena melihat sang kakek hanya diam. Tanpa sepatah kata pun. Nenek tak
menjawab, hanya diam. Tak ada kecurigaan apapun saat itu.
Akhirnya nenek dan kakek itu menaiki mobil
yang digunakan Bang Gimbal dan kawan – kawannya. Tak ada obrolan di sepanjang
perjalanan. Sampai di tujuan, Bang
Gimbal dan satu temannya turun, tak ada obrolan lagi dengan nenek
tersebut dan mobil menuju tempat lain.
Keesokan harinya ada ‘panggilan’ masuk untuk
evakuasi. Teman Bang Gimbal yang menerima panggilan, kemudian menghampirinya.
“Bang, bang! Ada korban lagi…”
“Yaudah sana lu urus”
Dia pergi dan diliatlah korban tersebut. Tak
lama kemudian temannya nyolek lagi.
“Bang, bang… liat deh”
“Apaan sih… udah sana diurus”
“Itu bang, liat dulu deh…”
Bang Gimbal penasaran. Kemudian Bang Gimbal mengikuti
temannya menuju ke tempat dimana korban gempa itu. Setelah diliat ternyata
sepasang kakek dan nenek.
“eh ini kan…?” kata Bang Gimbal yang merasa
tidak asing dengan wajah korban.
“Iya bang… Ingat kan?”
Diingat – ingat lagi siapa mereka. Dan
ternyata…. Tau itu siapa? Mereka adalah kakek dan nenek yang malam sebelumnya
menumpang di mobil yang ditumpangi Bang Gimbal dan kawannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar