KARENA JUJUR ITU MENENANGKAN.... :)



Jujur merupakan sesuatu kelakuan yang terpuji. Banyak orang yang mengetahui dan menyadari bahwa jujur merupakan perbuatan yang terpuji. Namun, anehnya banyak pula orang yang tidak melakukan kejujuran.
Sesuatu bila dikatakan secara jujur memang seringkali pahit rasanya, tapi itu justru lebih baik daripada tidak dikatakan sama sekali. Sesuatu yang tidak dikatakan atau dilakukan dengan jujur dalam artian berbohong maka kebohongan itu akan menimbulkan kebohongan selanjutnya dan itu akan menambah beban penderitaan lahir dan batin, menjadikan hidup tidak tenang.
Sebagai contoh, seorang anak yang meminta uang kepada orang tuanya dengan jumlah yang cukup banyak dengan alasan untuk membeli buku pelajaran atau buku kuliah padahal dia mau gunakan uang untuk jalan dengan teman – temannya (takut ga diijinin kalo alasannya jujur). Sedangkan anak tersebut ternyata tidak menggunakan uang itu dengan semestinya alias untuk keperluan foya – foya. Suatu saat ketika ditanya orang tuanya, “Lek, kemarin uang yang buat beli buku sisa berapa?”. Si anak tadi menjawab bahwa tidak ada sisa uang dari pembelian buku (kebohongan pertama). Kemudian ibunya tanya lagi, “ uang sebanyak itu kok nda ada kembaliannya, memangnya kamu beli buku apa?”. Si anak menjawabnya lagi dengan berbohong (kebohingan yang ke -2), “Buku anatomi bu.” Karena sang ibu penasaran, akhirnya bertanya lagi, “Mana bukunya ?? Coba ibu liat.” Si anak pun nampak kebingungan dan menjawabnya dengan kebohongan lagi, “Emm,, lagi dipinjem teman bu buat difotokopi.”
Itulah salah satu ilustrasi suatu ketidak jujuran / kebohongan yang semula satu kebohongan menjadi kebohongan yang beruntun (kaya pembunuhan aja yah…?!).
Ketidak jujuran bukan hanya terjadi sebagaimana pada dilustrasi diatas, tapi ketidakjujuran juga sering terjadi pada dunia pendidikan khususnya pasa saat musim ulangan. Seringkali para pelajar (mahasiswa atau siswa) pada saat ujian tidak jujur atau mencontek dalah hal ini tidak mau usaha sendiri. Tujuan dilaksanakannya ujian atau ulangan yaitu untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa / mahasiswa terhadap materi yang diberikan oleh pengajar. Sehingga pengajar dan pendidik yang benar adalah menginginkan para pelajarnya mengerjakan atau menjawab soal  soal ujiannya dengan jujur (bisa sa diisi, kalo ga bisa ya udah ga usah). Namun, ketika musim ujian mereka seringkali beranggapan ‘yang penting aku bisa dapet nilai bagus dan orang tua senang’ meskipun dengan cara yang salah seperti mencontek, ngepek,dll. Padahal nilai yang didapat dari hasil mencontek tadi merupakan nilai hsil ketidakjujuran dan artinya si pelajar yang mencontek itu mempersembahkan kebohongan / kepalsuan kepada orang tuanya. (nah lho..., gmana tuh?? Masa iya ortu diberi kepalsun ? kasian kan ya udah cari duit demi anaknya tapi anaknya seperti itu.)
Ketidakjujuran dalam ujian pun tidak hanya berhenti disitu saja, ketika nilai dari ketidakjujuran itu masuk ke raport / jadi IP/ masuk ke ijasah yang nantinya akan digunakan untuk melanjutkan study atau melamar pekerjaan, bagaimana ?? jika digunakan untuk bekerja, bagaimna dengan hasil kerja / gajinya?? (pikirkanlah!!).
Nah, sekarang balik ke tindakan jujur. Kejujuran itu akan berakhir indah dan menenangkan walau saat diucapkan atau dilakukan terasa pahit atau susah. Ilustrasi diatas (bohong minta uang buat beli buku) dicobakan untuk tindakan jujur. Sang pahlawan hidup, ibu bertanya, “lek, kemarin uang yang buat beli buku sisa berapa?”. Kemudian si anak menjawab dengan jujur, “ga jadi buat beli buku bu, uangnya aku pake buat jalan – jalan sama temen.” Meski si anak awalnya berat mengatakan itu, tapi pada akhirnya menimbulkan perasaan lega walaupun sempat diomelin terlebih dahulu. Sang ibu berkata, “kenapa ga buat beli buku tapi malah buat jalan - jalan?? Kalo kamu mau minta uang buat jalan sama teman – teman mu ya bilang aja, ga usah pake alasan but beli buku segala. Lain kali jangan seperti itu!”  Nah, inilah enaknya jujur. Meski awalnya terasa berat, tapi akhirnya melegakan bukan??
   Share pengalaman jujur aja, pernah suatu ketika saya merasa pesimis dengan nilai ulangan salah satu mata pelajaran. Akhirnya sebelum masuk ruang ujian pesan dulu sma temen – temen, “teman, tolong bantu aku ya…, aku ga bisa pelajaran ini nih.” Akhirnya apa yang aku mau berjalan dengan lancar, namun apa yang terjadi dengan nilai ku?? Nilai tidak tinggi tidak memihak padaku. Dalam benakku, “Allah benar – benar tidak meridhoi cara ku ini…” Dengan kejadian itu aku tidak mengulanginya lagi untuk ujian / ulangan mata pelajaran tersebut. Aku berusaha untuk tidak tengok kanan tengok kiri (kalo bhasa jawa kaya kete' di tulup) dan mengerjkan sebisa mungkin. Dan…., deng..deng…deng…, hasilnya jauh dari apa yang aku bayangkan, pastinya lebih tinggi daripada saat aku berniat untuk mencontek. Dari situ muncullah kepercayaan diri dan rasa bangga karena nilai dari usaha sendiri… Memang kejurujan itu sulit tapi indah, kejujuran itu menyenangkan dan akan diberi suatu kemudahan dari Allah bila sudah meniatkan untuk berbuat jujur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbaru

(Mendefinisikan) MAPAN

Mapan, menjadi salah satu kata yang sering dimasukkan sebagai ’syarat’ sebelum menikah. Tak jarang perempuan mensyaratkan atau mencar...

Postingan Populer