Jujur merupakan sesuatu kelakuan yang terpuji. Banyak orang
yang mengetahui dan menyadari bahwa jujur merupakan perbuatan yang terpuji.
Namun, anehnya banyak pula orang yang tidak melakukan kejujuran.
Sesuatu bila dikatakan secara jujur memang seringkali pahit
rasanya, tapi itu justru lebih baik daripada tidak dikatakan sama sekali.
Sesuatu yang tidak dikatakan atau dilakukan dengan jujur dalam artian berbohong
maka kebohongan itu akan menimbulkan kebohongan selanjutnya dan itu akan
menambah beban penderitaan lahir dan batin, menjadikan hidup tidak tenang.
Sebagai contoh, seorang anak yang meminta uang kepada orang
tuanya dengan jumlah yang cukup banyak dengan alasan untuk membeli buku
pelajaran atau buku kuliah padahal dia mau gunakan uang untuk jalan dengan
teman – temannya (takut ga diijinin kalo alasannya jujur). Sedangkan anak
tersebut ternyata tidak menggunakan uang itu dengan semestinya alias untuk
keperluan foya – foya. Suatu saat ketika ditanya orang tuanya, “Lek, kemarin
uang yang buat beli buku sisa berapa?”. Si anak tadi menjawab bahwa tidak ada
sisa uang dari pembelian buku (kebohongan pertama). Kemudian ibunya tanya lagi,
“ uang sebanyak itu kok nda ada kembaliannya, memangnya kamu beli buku apa?”.
Si anak menjawabnya lagi dengan berbohong (kebohingan yang ke -2), “Buku
anatomi bu.” Karena sang ibu penasaran, akhirnya bertanya lagi, “Mana bukunya
?? Coba ibu liat.” Si anak pun nampak kebingungan dan menjawabnya dengan
kebohongan lagi, “Emm,, lagi dipinjem teman bu buat difotokopi.”
Itulah salah satu ilustrasi suatu ketidak jujuran /
kebohongan yang semula satu kebohongan menjadi kebohongan yang beruntun (kaya
pembunuhan aja yah…?!).
Ketidak jujuran bukan hanya terjadi sebagaimana pada
dilustrasi diatas, tapi ketidakjujuran juga sering terjadi pada dunia
pendidikan khususnya pasa saat musim ulangan. Seringkali para pelajar
(mahasiswa atau siswa) pada saat ujian tidak jujur atau mencontek dalah hal ini
tidak mau usaha sendiri. Tujuan dilaksanakannya ujian atau ulangan yaitu untuk
mengukur sejauh mana pemahaman siswa / mahasiswa terhadap materi yang diberikan
oleh pengajar. Sehingga pengajar dan pendidik yang benar adalah menginginkan
para pelajarnya mengerjakan atau menjawab soal
soal ujiannya dengan jujur (bisa sa diisi, kalo ga bisa ya udah ga
usah). Namun, ketika musim ujian mereka seringkali beranggapan ‘yang penting
aku bisa dapet nilai bagus dan orang tua senang’ meskipun dengan cara yang
salah seperti mencontek, ngepek,dll. Padahal nilai yang didapat dari hasil
mencontek tadi merupakan nilai hsil ketidakjujuran dan artinya si pelajar yang
mencontek itu mempersembahkan kebohongan / kepalsuan kepada orang tuanya. (nah
lho..., gmana tuh?? Masa iya ortu diberi kepalsun ? kasian kan ya udah cari
duit demi anaknya tapi anaknya seperti itu.)
Ketidakjujuran dalam ujian pun tidak hanya berhenti disitu
saja, ketika nilai dari ketidakjujuran itu masuk ke raport / jadi IP/ masuk ke
ijasah yang nantinya akan digunakan untuk melanjutkan study atau melamar
pekerjaan, bagaimana ?? jika digunakan untuk bekerja, bagaimna dengan hasil
kerja / gajinya?? (pikirkanlah!!).
Nah, sekarang balik ke tindakan jujur. Kejujuran itu akan
berakhir indah dan menenangkan walau saat diucapkan atau dilakukan terasa pahit
atau susah. Ilustrasi diatas (bohong minta uang buat beli buku) dicobakan untuk
tindakan jujur. Sang pahlawan hidup, ibu bertanya, “lek, kemarin uang yang buat
beli buku sisa berapa?”. Kemudian si anak menjawab dengan jujur, “ga jadi buat
beli buku bu, uangnya aku pake buat jalan – jalan sama temen.” Meski si anak
awalnya berat mengatakan itu, tapi pada akhirnya menimbulkan perasaan lega
walaupun sempat diomelin terlebih dahulu. Sang ibu berkata, “kenapa ga buat
beli buku tapi malah buat jalan - jalan?? Kalo kamu mau minta uang buat jalan
sama teman – teman mu ya bilang aja, ga usah pake alasan but beli buku segala.
Lain kali jangan seperti itu!” Nah,
inilah enaknya jujur. Meski awalnya terasa berat, tapi akhirnya melegakan
bukan??
Share pengalaman
jujur aja, pernah suatu ketika saya merasa pesimis dengan nilai ulangan salah
satu mata pelajaran. Akhirnya sebelum masuk ruang ujian pesan dulu sma temen –
temen, “teman, tolong bantu aku ya…, aku ga bisa pelajaran ini nih.” Akhirnya
apa yang aku mau berjalan dengan lancar, namun apa yang terjadi dengan nilai
ku?? Nilai tidak tinggi tidak memihak padaku. Dalam benakku, “Allah benar –
benar tidak meridhoi cara ku ini…” Dengan kejadian itu aku tidak mengulanginya
lagi untuk ujian / ulangan mata pelajaran tersebut. Aku berusaha untuk tidak
tengok kanan tengok kiri (kalo bhasa jawa kaya kete' di tulup) dan mengerjkan
sebisa mungkin. Dan…., deng..deng…deng…, hasilnya jauh dari apa yang aku
bayangkan, pastinya lebih tinggi daripada saat aku berniat untuk mencontek.
Dari situ muncullah kepercayaan diri dan rasa bangga karena nilai dari usaha
sendiri… Memang kejurujan itu sulit tapi indah, kejujuran itu menyenangkan dan akan diberi
suatu kemudahan dari Allah bila sudah meniatkan untuk berbuat jujur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar